KEBENCIAN MEMBUATMU KESEPIAN...
Kita memang tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Oleh karena itu, gunakanlah waktu yang ada sebaik-baiknya. Jangan sampai disia-siakan sedikitpun.
Hal ini tidak berlaku bagi Yogas. Seluruh mimpi, cita-cita, dan kebahagiaannya hilang seiring dengan vonis dokter yang menyatakan bahwa ia tidak akan berumur panjang. Satu per satu orang yang sangat dekat dengannya menjauh. Pergi meninggalkannya dalam kesendirian. Yogas dinyatakan positif mengidap HIV.
Sejak Yogas mengetahui tentang sisa umurnya, ia pun menjadi orang yang sangat tertutup. Ia sangat tidak ingin ada orang lain yang memerhatikan dan peduli dengan keadaannya. Meski ia merasakan kehampaan dan kesendirian yang mendalam, Yogas harus mampu melewatinya sendiri. Tanpa bantuan siapapun, termasuk orangtua dan sahabat-sahabatnya.
Di sisa hidupnya itu, Yogas bukannya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Ia malah nekat pergi ke Yogyakarta. Semua itu karena satu hal. Ia harus membalas dendam kepada seseorang yang menyebabkan semua penderitaannya selama enam tahun belakangan ini.
Namun, saat itu pula cinta datang menyapanya melalui seseorang bernama Kana, keponakan ibu kost-nya di Yogjakarta. Namun sayang, Yogas tidak ingin Kana terlibat terlalu jauh dalam kehidupannya. Bahkan, Yogas berusaha semaksimal mungkin menjauhkan Kana dari dirinya.
Yogas tak mau membiarkan kebahagiaan menyapanya walau hanya sebentar saja. Meski ia tahu, dirinya juga sayang pada Kana. Semua keputusan ada di tangan Yogas. Yang mana yang Yogas pilih? Temukan jawabannya dalam novel The Truth About Forever yang ditulis oleh Orizuka.
Membaca novel terbitan GagasMedia ini mengingatkan kita akan penyakit HIV/AIDS yang merupakan fenomena gunung es di seluruh penjuru dunia. Dari sini, kita dapat menyadari banyak hal. HIV/AIDS memang penyakit mematikan. Namun, bukan berarti orang yang terjangkit virus tersebut harus kita jauhi atau hindari. Tetap mendukung dan memberikan perhatian pada orang yang terjangkit adalah cara terbaik untuk membuatnya tetap hidup penuh semangat.
Hal ini tidak berlaku bagi Yogas. Seluruh mimpi, cita-cita, dan kebahagiaannya hilang seiring dengan vonis dokter yang menyatakan bahwa ia tidak akan berumur panjang. Satu per satu orang yang sangat dekat dengannya menjauh. Pergi meninggalkannya dalam kesendirian. Yogas dinyatakan positif mengidap HIV.
Sejak Yogas mengetahui tentang sisa umurnya, ia pun menjadi orang yang sangat tertutup. Ia sangat tidak ingin ada orang lain yang memerhatikan dan peduli dengan keadaannya. Meski ia merasakan kehampaan dan kesendirian yang mendalam, Yogas harus mampu melewatinya sendiri. Tanpa bantuan siapapun, termasuk orangtua dan sahabat-sahabatnya.
Di sisa hidupnya itu, Yogas bukannya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Ia malah nekat pergi ke Yogyakarta. Semua itu karena satu hal. Ia harus membalas dendam kepada seseorang yang menyebabkan semua penderitaannya selama enam tahun belakangan ini.
Namun, saat itu pula cinta datang menyapanya melalui seseorang bernama Kana, keponakan ibu kost-nya di Yogjakarta. Namun sayang, Yogas tidak ingin Kana terlibat terlalu jauh dalam kehidupannya. Bahkan, Yogas berusaha semaksimal mungkin menjauhkan Kana dari dirinya.
Yogas tak mau membiarkan kebahagiaan menyapanya walau hanya sebentar saja. Meski ia tahu, dirinya juga sayang pada Kana. Semua keputusan ada di tangan Yogas. Yang mana yang Yogas pilih? Temukan jawabannya dalam novel The Truth About Forever yang ditulis oleh Orizuka.
Membaca novel terbitan GagasMedia ini mengingatkan kita akan penyakit HIV/AIDS yang merupakan fenomena gunung es di seluruh penjuru dunia. Dari sini, kita dapat menyadari banyak hal. HIV/AIDS memang penyakit mematikan. Namun, bukan berarti orang yang terjangkit virus tersebut harus kita jauhi atau hindari. Tetap mendukung dan memberikan perhatian pada orang yang terjangkit adalah cara terbaik untuk membuatnya tetap hidup penuh semangat.
0 komentar:
Posting Komentar